Asap Cair Tempurung Kelapa bisa untuk Biopestisida
02.00.00
Selama ini, masih banyak yang melihat tempurung kelapa sebagai limbah pengolahan buah kelapa. Umumnya pemanfaatan tempurung itu hanya sebagai bahan pembuatan arang. Menjawab tantangan untuk berinovasi, BPTP Riau memperkenalkan teknologi pembuatan asap cair dari tempurung kelapa.
Provinsi Riau, terutama Kabupaten Indragiri Hulu merupakan sentra perkebunan kelapa dengan total populasi pohon kelapa lebih dari 66 juta pohon. Potensi produksi tempurung kelapa dari sejumlah pohon tersebut melebihi 138.775 ton per satu kali periode panen. Dalam setahun, pohon kelapa dapat dipanen sebanyak 4 kali. Dengan demikian, total produksi tempurung dapat mencapai lebih dari 500 ribu ton tempurung dalam setahun. Oleh karena itulah, inovasi pembuatan asap cair dari BPTP Riau sangat bermanfaat untuk mengatasi melimpahnya limbah tempurung kelapa di Provinsi Riau.
Pada prinsipnya, teknologi pembuatan asap cair dari tempurung kelapa cukup sederhana, yaitu teknologi pirolisis (pembakaran untuk menghasilkan asap) dan teknologi kondensasi (pengembunan asap menjadi cair). Alat pembakarannya pun sangat mudah diperoleh karena dapat menggunakan drum bekas. Yang perlu diperhatikan adalah teknik untuk mempertahankan agar proses pembakaran tetap berlangsung hingga tempurung terbakar habis.
Setelah diperoleh asap cair dari dua teknologi tersebut, selanjutnya asap cair dimurnikan. Teknik pemurnian asap cair dilakukan dengan pengendapan dan penyulingan atau redestilasi. Dari dua teknik ini dapat dihasilkan asap cair murni grade 1 yang berwarna bening, rasa sedikit asam, dan aman sebagai zat tambahan untuk produk makanan.
Selain grade 1, teknik pemurnian juga menghasilkan asap cair grade 2 yang berwarna coklat terang, rasa dan aroma asam agak kuat, serta cocok sebagai bahan biopestisida. Sedangkan asap cair grade 3 yang dihasilkan berwarna hitam pekat, aroma asap kuat, agak lengket, dan cocok untuk dijadikan pengawet kayu.
0 komentar