Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda (Kamis, 08 Desember 2016)
02.00.00
"Cintai bunda kita. Dan ia akan memperoleh rahmat yang berlimpah-limpah untuk membantumu untuk mengalahkan pergumulanmu sehari-hari."
(St. Josemaria Escriva)
Pada tanggal 8 Desember 1854, Paus Pius IX mengumumkan Dogma Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda (Ineffabilis Deus), yang bunyinya antara lain sebagai berikut: Dengan inspirasi Roh Kudus, untuk kemuliaan Allah Tritunggal, untuk penghormatan kepada Bunda Perawan Maria, untuk meninggikan iman Katolik dan kelanjutan agama Katolik, dengan kuasa dari Yesus Kristus Tuhan kita, dan Rasul Petrus dan Paulus, dan dengan kuasa kami sendiri: "Kami menyatakan, mengumumkan dan mendefinisikan bahwa doktrin yang mengajarkan bahwa Bunda Maria yang terberkati, seketika pada saat pertama ia terbentuk sebagai janin, oleh rahmat yang istimewa dan satu-satunya yang diberikan oleh Tuhan yang Maha Besar, oleh karena jasa-jasa Kristus Penyelamat manusia, dibebaskan dari semua noda dosa asal, adalah doktrin yang dinyatakan oleh Tuhan dan karenanya harus diimani dengan teguh dan terus-menerus oleh semua umat beriman."
Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Arti peribahasa ini adalah sifat anak tidak jauh berbeda dengan ayah atau ibunya. Hal yang menurun dari leluhurnya pasti akan ada kemiripannya dengan orang tuanya. Yesus mengukap dalam bentuk lain. Pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik pula. Jarang pohon yang baik menghasilkan buah yang kurang baik. Jadi memang pohon itu dikenal dari buahnya.
Tidak berlebihan peribahasa itu dipakai ketika merefleksikan Maria Dikandung tanpa Noda. Orang pertama-tama memang mau mengenal Yesus secara lebih dalam, maka ketika orang terus dan terus masuk pada diri Yesus mau tidak mau sampai pada kebutuhan pengenalan jati diri Maria sebagai ibu-Nya.
Ketika orang mengakat tema Kesucian Yesus. Sosok satu ini yakni Yesus adalah orang yang suci murni. Bagaimana dengan ibu-Nya? Apakah ibu Maria wanita atau seorang yang dinodai oleh dosa? Kiranya tidak. Misalnya, air yang jernih akan menjadi kotor bila mengalir di selang atau paralon yang kotor. Kita yakin sungguh Yesus Kristus lahir tanpa cacat cela dosa berarti Dia telah hidup dalam kandungan atau rahim yang suci Bunda Maria.
Allah rupanya telah mempersiapkan jauh-jauh hari tubuh atau rahim yang layak dan kudus itu. Apa itu mungkin? Kenapa tidak? Kalau Allah sudah merencanakan tidak ada yang mustahil. Itu urusan Allah. Dalam Allah segala sesuatu menjadi mungkin. Kenapa harus bisa begitu? Kuasa Allah tidak mudah diselami oleh otak manusia ini.
Dalam suatu rekoleksi umat, seorang rekan imam yang menjadi pembimbing rekoleksi itu menceritakan pengalaman yang unik. Ada sebuah desa dekat kampungnya di tahun 1980-an masih belum dialiri listrik. Tetapi ada satu keluarga cukup berada pergi ke kota. Mereka pulang sambil naik mobil pick up menurunkan belanjaannya. Ketika ditanya, "Kenapa beli kulkas segala?". "Saya melihat bentuknya bagus. Kelihatannya putih cerah dan tentu menjadikan pakaian-pakaian yang disimpan di situ awet", jawabnya polos. Kami yang mendengarkan cerita itu sontak tertawa terbahak-bahak. Kulkas untuk menyimpan pakaian?
Dari cerita itu ada rasa aneh dan tidak 'nyambung' bukan? Demikianlah, Yesus yang kemuliaan dan kekudusan-Nya jauh melebihi semua, tidak mungkin lahir ke dunia melalui seorang perempuan yang berdosa. Yesus yang Maha Kudus, tak mungkin dapat dikandung oleh rahim seorang yang tercemar dosa. Maka oleh kuasa-Nya, Allah menguduskan rahim itu, membuat ia terbebas dari noda dosa. Karena Tuhan tidak dapat mengingkari diri-Nya sendiri yang tanpa dosa, sama seperti Dia tidak dapat menjadi tidak setia (lih 2Tim 2:13).
Perihal St. Maria Dikandung Tanpa Noda pun merupakan rencana Allah atau karya Allah. Pada tanggal 8 Desember 1854, Paus Pius IX mengumumkan Dogma Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda (Ineffabilis Deus), yang menyatakan bahwa Bunda Maria dikandung tanpa noda dosa asal.
Ajaran ini tentu saja tidak mudah tetapi harus diambil oleh Gereja. Gereja rupanya mau memberikan peneguhan dan pendasaran untuk umatnya. Karena secara tersirat ataupun tersurat Alkitab sendiri juga menyampaikan pengajarannya. Para Bapa Gereja rupanya saat itu mengerti dengan baik bahwa Maria adalah seorang wanita yang terpilih dan mendapatkan perlakuan khusus oleh Allah.
Misalnya, ketika kita berdoa Salam Maria di situ kita mendapatkan dan mengulangi pengertian iman. Salam Maria penuh rahmat, Tuhan menyertai engkau (Luk 1:28). Bukankah itu sebagai salam, pemberitahuan bahkan sebagai penegasan Malaikat Allah pada Maria. Kita mengenal Maria sebagai seorang yang penuh rahmat Allah. Orang yang penuh rahmat Allah adalah orang-orang yang terbuka dan membiarkan Roh Kudus hadir dan bekerja secara sempurna. Dilanjutkan, "Terpujilah engkau di antara wanita dan terpujilah buah tubuhmu." Bukankah kata-kata Elisabet ini pun mengandung makna dan menunjukkan siapa Maria?
Akhirnya kita juga mengetahui dari kitab Wahyu bahwa Bunda Marialah yang disebut sebagai perempuan yang melahirkan seorang anak laki-laki yang menggembalakan segala bangsa. Wanita ini pula yang akhirnya mengalahkan naga yang adalah Iblis (Why 12:1-6). Kemenangan atas Iblis ini dimungkinkan karena dalam diri Maria tidak pernah ada setitik dosa pun yang menjadi 'daerah kekuasaan Iblis'. (Rm. Andreas Yudhi Wiyadi, O.Carm)
"Gloriosa dicta sunt de te, Maria: quia fecit tibi magna qui potens est."
0 komentar