Dega 1: VUB Kedelai Genjah, Besar, Hasil Tinggi

02.00.00

Kedelai merupakan bahan baku pangan penting dalam menu sebagian besar penduduk Indonesia. Rata-rata kebutuhan kedelai Indonesia mencapai kurang lebih 2,2 juta ton, dan kebutuhan tersebut belum dapat diimbangi oleh kemampuan produksi dalam negeri. Upaya pemenuhan kebutuhan kedelai dengan meningkatkan produksi terus dilakukan pemerintah melalui perluasan areal dan peningkatan produktivitas. Perluasan areal sebagian dilakukan dengan meningkatkan indeks pertanaman pada lahan sawah. Peningkatan indeks pertanaman memerlukan karakteristik spesifik, diantaranya umur genjah. Umur genjah mengurangi risiko tanaman terhadap cekaman, baik biotik maupun abiotik khususnya kekeringan, mudah dimasukkan ke dalam pola tanam lahan sawah, serta mengurangi konsumsi air dan biaya pengairan.

Varietas unggul berumur genjah dan berukuran biji besar semakin diminati konsumen. Di Indonesia, lebih dari 90% kedelai digunakan untuk pangan, 88% diantaranya untuk bahan baku tahu dan tempe. Ukuran biji besar lebih disukai sebagai bahan baku pembuatan tempe karena memberikan volume produk yang lebih besar sehingga lebih menguntungkan karena tempe dijual dalam satuan volume. Galur kedelai GM-26 dengan nama Dega 1 (Gambar), telah direkomendasikan untuk dilepas sebagai varietas unggul baru berdasarkan berita acara hasil sidang TP2V No. 56/BBN.TP/9/2015. Dega 1 mempunyai keunggulan potensi hasil tinggi, rata-rata hasil tinggi, umur genjah, ukuran biji besar, dan beradaptasi luas.


Gambar. Karakteristik tanaman, polong, dan biji calon VUB Dega 1.


Dega 1 adalah keturunan persilangan antara varietas Grobogan dan Malabar. Persilangan buatan dilakukan pada tahun 2009 dan selanjutnya dilakukan penggaluran tahun 2010‒2012 hingga diperoleh galur Dega 1. Metode seleksi yang digunakan adalah metode silsilah (pedigree). Seleksi F2 dilakukan di KP Genteng (Banyuwangi) pada MK I 2010 (F2), dilanjutkan di KP Kendalpayak pada MK II 2010 (F3), di KP Muneng (Probolinggo) pada MK I 2011 (F4), di KP Kendalpayak dan di lahan petani di desa Tambirejo, kecamatan Toroh, kabupaten Grobogan pada MK II 2011 dan MK I 2012 (F5 dan F6). Uji daya hasil pendahuluan (UDHP) dilaksanakan di KP Muneng (Probolinggo) dan di desa Tambirejo, kecamatan Toroh, kabupaten Grobogan pada MK II 2012, uji daya hasil lanjutan (UDHL) di KP Muneng (Probolinggo) dan KP Genteng (Bayuwangi) pada MK I 2013. Pada MK II 2013 Dega 1 bersama dengan enam galur harapan lainnya dievaluasi dalam uji adaptasi di delapan lokasi di Malang, Banyuwangi, Lombok Barat, Mataram, Yogyakarta, Pasuruan, Nganjuk, dan Subang. Varietas pembanding pada uji adaptasi tersebut adalah Grobogan dan Baluran.

Dega 1 mempunyai potensi hasil dan rata-rata hasil lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Grobogan dan Baluran. Umur masak lebih genjah dibandingkan dengan varietas Baluran. Ukuran biji (bobot 100 biji) lebih besar dibandingkan dengan varietas Grobogan dan Baluran. Dega 1 agak tahan terhadap penyakit karat daun dan hama pengisap polong dengan kandungan protein 2,6%, lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Grobogan (Tabel 1).




Dega 1 sesuai untuk ditanam di lahan sawah MK I maupun MK II. Cara budidaya yang diperlukan adalah sama dengan budidaya kedelai yang telah ada saat ini, yaitu jarak tanam 40 cm x 15 cm atau 40 cm x 20 cm, dengan dua tanaman per rumpun. Dosis pupuk yang digunakan adalah 250 kg Phonska/ha.

Dengan pengelolaan tanaman yang optimal, terutama penyiangan (tepat waktu), pengendalian hama dan penyakit tepat waktu dan dosis, maka Dega 1 mampu memberikan hasil biji rata-rata >2,5 t/ha. Dengan keunggulan tersebut di atas dan mengingat varietas unggul kedelai umur genjah, biji besar, dan potensi hasil tinggi masih terbatas jumlahnya, maka galur harapan kedelai Dega 1 akan menjadi alternatif tumpuan peningkatan produktivitas guna menunjang usaha swasembada kedelai di Indonesia.

You Might Also Like

0 komentar