Melihat Pengolahan Hasil Panen Kelapa Sawit

02.00.00

Melihat Pengolahan Hasil Panen Kelapa Sawit


Seperti yang kita tahu kelapa sawit merupakan tanaman yang diolah menjadi bahan baku utama pembuatan minyak. Kelapa sawit setelah diolah akan menjadi minyak berwarna kuning keemasan. Pengolahan kelapa sawit jika disaring dalam beberapa tahap bahkan akan menghasilkan minyak yang sekilas akan terlihat seperti air.

Pada hakikatnya, pohon kelapa sawit akan mulai berbuah saat berumur 3—4 tahun. Kelapa sawit akan matang dan telah siap dipanen saat berumur 5—6 bulan setelah masa penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari penyerbukan warna kulit buahnya, dari hijau pada buah menjadi merah jingga waktu buah telah masak. Pada saat itu, kandungan minyak pada daging buahnya telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dari tangkai tandannya.

Panen pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong pada tandan buah masak, memungut brondolan, dan sistem pengangkutannya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil serta ke pabrik.
Dalam proses pemanenan kelapa sawit terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi. Ini karena kelapa sawit yang siap panen nantinya akan diolah menjadi minyak. Kualitas minyak sangat dipengaruhi oleh cara pemanenan kelapa sawit itu sendiri. Oleh karena itu, kriteria penen yang menyangkut matang panen, cara dan alat panen, rotasi dan sistem panen, serta mutu panen harus diikuti.
Kriteria panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria umum untuk tandan buah yang dapat dipanen, yaitu berdasarkan jumlah brondolan yang jatuh.
Untuk memudahkan pengamatan buah, dipakai kriteria berikut.
  • Tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh kurang lebih 10 butir.
  • Tanaman dengan umur lebih dari 10 tahun, jumlah buah (brondolan) yang jatuh sekitar 15—20 butir.
Namun, secara praktis digunakan suatu aturan umum, yaitu pada setiap 1 kg tandan buah segar terdapat daun brondolan yang jatuh.
Cara panen kelapa sawit yang benar
Cara pemanenan buah sangat memengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Panen yang tepat mempunyai sasaran untuk mencapai kandungan minyak yang paling maksimal.
Pemanenan pada keadaan buah lewat matang akan meningkatkan asam lemak bebas ataufree fatty (ALB atau FFA). Hal itu tentu akan banyak merugikan karena pada buah yang terlalu masak, sebagian kandungan minyaknya berubah menjadi ALB sehingga akan menurunkan mutu minyak. Lagi pula, buah yang terlalu masak lebih mudah terserang hama dan penyakit. Sebaliknya, pemanenan pada buah yang mentah akan menurunkan kandungan minyak, walaupun ALB nya rendah.
Sebaiknya pemanenan dilakukan terhadap semua tandan buah yang telah matang. Berdasarkan tinggi tanaman, ada tiga cara penen yang umum dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Pertama, untuk tanaman yang tingginya 2—5 m digunakan cara panen jongkok dengan alat dodos. Kedua, tanaman dengan ketinggian 5—10 m dipanen dengan cara berdiri dan menggunakan alat kampak siam.  Ketiga, tanaman dengan tinggi di atas 10 m menggunakan cara egrek untuk pemanenan, dengan alat arit bergagang panjang (egrek). Untuk memudahkan pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu. Pelepah yang telah dipotong kemudian diatur rapi di tengah gawangan.
Untuk mempercepat proses pengeringan serta pembusukan, pelepah-pelepah daun sebaiknya dipotong-potong menjadi 2—3 bagian. Tandan buah yang matang dipotong sedekat mungkin dengan pangkalnya, maksimal 2 cm.
Tandan buah yang dipotong diletakkan teratur di piringan. Brondolan yang jatuh dikumpulkan terpisah dari tandan. Brondolan harus bersih, tidak tercampur tanah atau kotoran lain. Tandan buah dan brondolan kemudian dikumpulkan di tempat pengumpulan hasil (TPH).

You Might Also Like

0 komentar