Rumput Laut dapat Diolah Menjadi Bioenergi
01.00.00
Seperti yang kita ketahui, rumput laut merupakan salah satu makanan sehat yang banyak dikonsumsi masyarakat. Bahkan, Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor rumput laut skala besar. Pasalnya, produksi rumput laut di Indonesia sangatlah melimpah.
Namun, tahukah Anda bahwa rumput laut dapat diolah menjadi bioenergi lho? Benarkah demikian?
“Keunggulan lain rumput laut sebagai bioenergi adalah tingginya produktivitas dan kandungan karbohidratnya. Selain itu, rumput laut tidak mengandung lignin sehingga mudah terdegradasi,” kata Joko, beberapa waktu lalu.
Hal tersebut diungkapkan oleh Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Joko Santoso, MSi. Kekayaan rumput laut Indonesia tidak hanya sebagai bahan pangan, tetapi juga bermanfaat bioenergi.
Ia mengatakan, pemanfaatan rumput laut sebagai bioenergi merupakan temuan barunya dalam pemanfaatan limbah rumput laut yang tidak lolos masuk industri dan rumput laut jenis no edible untuk biofuel.
Temuan tersebut bisa mengantisipasi persaingan bahan baku bioenergi dengan sumber pangan dan memiliki lahan budidaya yang luas (luas perairan Indonesia) sehingga tidak perlu berebut dengan lahan pertanian, permukiman, perkebunan, dan kehutanan.
“Saya sarankan pemerintah hanya bertugas sebagai regulator yang menyediakan fasilitas memudahkan akses. Biarkan swasta yang mengelola,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, kondisi perairan tropis Indonesia menyebabkan rumput laut dapat tumbuh sepanjang tahun dengan jumlah biomassa tinggi. Pasalnya, pada 2015 produk rumput laut dalam negeri mencapai 10,8 juta ton atau setara dengan 38,5 persen dari produksi dunia yang 28 juta ton.
Rumput laut dimanfaatkan untuk bahan pangan sebagai Phycocoloid. Selain itu, sebagai bahan aktif alam dan limbahnya bermanfaat sebagai sumber energi. Rumput laut tropis yang dimiliki Indonesia kaya akan kandungan gizi mineral makro dan mikro, yakni Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), Natrium (Na), Kalium (K), Zat Besi (Fe), dan (Zn) Seng.
“Uniknya rumput laut Indonesia kaya akan serat pangan yang berbeda dari serat pangan tanaman darat, seperti sayur dan buah,” katanya.
Serat pangan yang terdapat pada rumput laut mengandung gugus sulfat sehingga mempunyai karakteristik fisiko-kimia yang unik. Misalnya, kemampuan untuk mengembang dan mengikat asam/garam empedu yang sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Sementara itu lanjutnya, phycocoloid adalah hidrokoloid polisakarida yang diekstrak dari rumput laut berupa keragian, agar-agar, dan alginat. Kappaphycus alvarezii (Eucheuma cottonii) dan Eucheuma spinosum masing-masing menghasilkan kappa dan iota-karaginan, agar-agar dihasilkan dari rumput laut genus Gracilaria dan Gelidium, sedangkan alginat dihasilkan dari rumput laut genus Sargassum, Padina, dan Turbinaria yang diperoleh dari alam.
Sebagai bahan aktif dari alam, penelitian yang dilakukan Prof. Joko menemukan rumput laut mengandung senyawa catechin, fenol, flavonoid, dan tannin. Selain itu, komponen aktif berupa pigmen klorofil A, klorofil B, dan karoten juga dilaporkan oleh beberapa peneliti termasuk polisakarida bersulfat.
“Senyawa-senyawa ini mempunyai fungsi biologis sebagai anti-oksidan, antibakteri, anti-inflamasi, dan antiproliferasi,” kata Joko.
0 komentar