Mahasiswa ini Ubah Jamur Jadi Pembasmi Hama

01.00.00

Seorang mahasiswa Jurusan Teknobiologi dari Universitas Surabaya (Ubaya) bernama Derdy Janli berhasil mengembangkan organisme entomopatogen yang dipergunakan untuk membasmi serangga dan hama.




Menurutnya untuk membasmi serangga atau hama tidak lagi memerlukan insektisida yang terbuat dari zat berbahan kimia. Pasalnya, penggunaan insektisida kimia sangat membahayakan tubuh dan juga lingkungan.

Pria yang akrab disapa Derdy ini menemukan organisme entomopatogen sebagai jamur. Menurutnya, jamur (fungi) entomopatogen mampu menginfeksi serangga dengan cara masuk ke tubuh serangga melalui kulit, saluran pencernaan, spirakel, dan lubang lainnya. Bioinsektisida ini bisa menjadi alternatif pengganti insektisida sintetik yang biasa dipakai petani untuk mematikan hama tanaman (serangga).

“Awalnya saya mencoba temuan ini saat membaca literatur yang menyebutkan bahwa insektisida sintetik (kimia) dapat mengakibatkan berbagai dampak negatif,” kata Derdy.

Dampak negatif yang dimaksud seperti kerusakan pada konservasi lingkungan dengan terbunuhnya organisme yang bukan sasaran, resistensi, dan resurgensi hama sehingga dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia. Selain itu, petani terpapar insektisida pada saat aplikasi. Dampak negatif juga bisa dirasakan konsumen melalui residu yang terdapat pada hasil panen.

“Dari latar belakang inilah saya mencoba mencari alternarif insektisida tanaman yang aman untuk lingkungan dan residu pada manusia,” lanjutnya.

Dari situ, muncul keinginan Derdy untuk meneliti apakah ada alternatif untuk menanggulangi masalah serangga sebagai hama pertanian atau perkebunan selain menggunakan insektisida sintetik.

Ia kemudian menemukan salah satu alternatif pengendalian hama insektisida sintetik dengan bioinsektisida dari jamur/fungi tipe entomopatogen. Jamur entomopatogen mampu menginfeksi serangga dengan cara masuk ke tubuh serangga melalui kulit, saluran pencernaan, spirakel, dan lubang lainnya. Selanjutnya, inokulum jamur yang menempel pada tubuh serangga akan berkembang dan menyerang seluruh jaringan tubuh sehingga menyebabkan serangga mati.

Derdy melakukan percobaan dengan mengambil sampel tanah yang ada di Kota Batu sebanyak 300-400 gram, lalu diletakkan 10 ulat hongkong dan dibiarkan selama 1-2 minggu.

Hasilnya, ulat mati dalam kondisi yang berbeda-beda. Ada yang mengering, ada yang tubuhnya dipenuhi jamur berwarna putih.

Jamur yang ada pada kulit ulat yang mati kemudian diambil dan ditanam pada media selama 4 hari. Hasilnya muncul jamur yang berwarna ungu dan putih.

Jamur yang berwarna putih itulah yang disebut jamur entomopatogen. Jamur ini diambil racunnya dengan dilarutkan ke media cair dengan formulasi khusus sehingga didapat toksin yang berasal dari jamur entomopatogen.

Cairan itu kemudian disemprotkan kembali kepada ulat hongkong dan hasilnya ulat tersebut mati.

“Toksin yang saya temukan ini merupakan senyawa racun yang digunakan jamur untuk membunuh serangga dalam proses menginfeksi serangga sehingga menggunakan toksin dari jamur ini merupakan alternatif yang sangat potensial dalam membasmi serangga,” ungkap Derdy.

Menurut Ida Bagus Made Artadana, S.Si., M.Sc, dosen pembimbing Derdy, penelitian ini memiliki peluang untuk dijadikan sebuah produk yang dapat dipasarkan.

You Might Also Like

0 komentar